Hari Senin selalu jadi momok bagi kebanyakan orang, terutama di kalangan orang kerja. Hari Senin selalu identik dengan hari yang paling sibuk dan hari yang paling melelahkan. Hari Senin selalu dijadikan kambing hitam bagi sebagian besar orang, alasannya sepele : Hari Senin adalah hari pertama dimana kita melakukan rutinitas kita kembali setelah kurang lebih dua hari kita melonggarkan otot-otot kita yang tegang buat ngeladenin kerjaan, rutinitas, dan aktivitas kita yang ga ada habisnya. Ya, weekend yang berjumlah dua hari tersebut bisa kita akui selalu berlalu begitu saja dengan cepatnya, dan ketika kita sadar kalau weeend udah berakhir dan kita harus mengencangkan lagi seluruh otot bahkan urat-urat kita untuk ngeladenin lagi semua rutinitas itu selama 5 hari ke depan tanpa tersadar kita mengumpatnya “I Hate Monday”.
***
Dua hari yang lalu, Hari Minggu, merupakan salah satu hari yang paling
bersejarah dalam hidup gue selain hari kelahiran gue sendiri. Mungkin
kedengarannya cupu, tapi hari itu gue memutuskan untuk menyatakan perasaan ke
cewe yang selama ini gue taksir. Kalau gue inget-inget lagi, mungkin udah
sekitar 3 bulan ini gue PDKT sama dia, ya mungkin bagi orang lain 3 bulan itu
merupakan waktu yang terlalu lama untuk sebuah pendekatan, tapi bagi gue that was a short time.
Gue adalah tipe orang pemikir,
dan kekurangan dari orang pemikir adalah dia harus memikirkan semua
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan peristiwa-peristiwa apa yang akan
terjadi sebelum ia mulai melakukan suatu pekerjaan. Mungkin kedengarannya keren
seperti orang yang penuh dengan strategi dan perhitungan, tapi pada
kenyataannya tidak semua kasus bahkan kejadian dapat ditangani dengan berpikir
matang-matang dahulu. Bayangkan ketika seorang masinis yang lagi menjalankan
lokomotif dengan kecepatan penuh terus tiba-tiba dia ngeliat di depannya ada
orang dan seketika itu juga dia harus segera mengambil keputusan: Mau
mengorbankan nyawa satu orang atau mau mengorbankan nyawa semua penumpangnya
dengan menarik rem dengan risiko lokomotif dan gerbong-gerbongnya bakal
terjungkal; Atau kalau lo tiba-tiba ditodong sama orang dan pisau lipat udah di
depan perut lo, seketika itu juga lo harus mengambil sebuah keputusan yang
spontan: Mau ngeluarin jurus pamungkasnya Jackie Chan buat ngelawan tu penjahat
ato lepas sandal jepit lalu ambil langkah seribu sampai dapet pertolongan.
Mungkin kalo lo kelamaan mikir, lo bakal ditemukan tergeletak di jalanan cuma
pake kolor, kedinginan, sambil nangis bombay lalu masuk koran lampu merah halaman
pertama.Kadang kita harus berpikir dan mengambil keputusan secara cepat sekalipun
kita tau ada yang harus dikorbankan dalam keputusan kita itu, dan satu hal yang
baru gue sadar setelah kejadian hari itu: Gue terlalu lama berpikir.
***
Minggu siang dengan air hujan yang turun rintik-rintik memang merupakan
suasana yang paling pas buat lo bermalas-malasan apalagi buat gue mahasiswa
tingkat akhir yang jadwal kuliahnya udah ga sepadat otot Agung Hercules, tapi
buat gue hari itu adalah hari gue untuk mengarahkan kapal hati gue untuk
berlabuh di hatinya. Siang itu sekitar pukul 2 gue udah janji sama temen-temen
gue mau olahraga archery di daerah
lembang. Ini pertama kalinya gue archery
dan gue udah mengkhayal gue bakal kelihatan keren banget kalo jago archery. Gue udah ngebayangin kalo udah
jago nanti mungkin gue bisa kayak Hawkeye dari Avengers atau Legolas dari Lord
of the Ring, soalnya kalo ngeliat mereka ngeluncurin panahnya seperti ga butuh
keahlian khusus, tinggal tarik busur terus panahnya meluncur dengan gampangnya.
Begitu nyampe di tempat archery, gue
baru menyadari satu hal: Ekspektasi gue terlalu tinggi untuk sebuah tempat
olahraga bernama archery. Tempatnya
ternyata cukup kecil dengan bermodalkan sebuah pendopo dan sepetak lapangan
rumput yang panjangnya kurang lebih 30 meter untuk menaruh sasaran tembak dan
tidak lupa banyak bus parkir disana. Lebih mirip terminal bus yang punya
fasilitas mini archery daripada
disebut tempat olahraga. Semuanya excited
buat nyoba tapi engga dengan gue, meskipun gue penasaran dengan olahraga yang
satu ini, saat itu gue punya beban pikiran yang lain “After this, i must do my own archery”, alhasil tampang gue datar
abis pas main panahan, meskipun gue berusaha bikin sikap gue sedikit heboh tapi
menurut gue, gue lah orang yang paling ga menikmati permainan itu.
Singkat cerita permainan berlangsung liar dan menurut gue kita semua
sukses dibikin demam archery sampe
ada rencana mau bikin turnamen segala, dan tetep kecuali gue. Sepulang archery, tanpa basa-basi gue langsung
cabut ke kosan mempersiapkan hati gue buat archery
yang sesungguhnya. Memang untuk mulai melangkah merupakan suatu hal yang berat,
terutama dalam masalah cinta, tapi kali ini gue uda bertekad dan gue udah
berjanji ke diri gue sendiri apapun yang terjadi hari itu gue harus ngomong ke
dia, apapun hasilnya nanti hati gue udah siap.
Akhirnya gue ketemuan sama dia, and we start talk heart to heart
meskipun harus ada dua mahkluk yang ngintilin dia dan duduk tepat di sebelah
gue dan dia. Ga terlalu banyak yang kita bicarain, kita lebih banyak diam dan
lebih banyak berpikir tentang apa yang selama ini terjadi, apa kata hati kita,
dan apakah yang kita lakukan udah benar. Meskipun agak sedikit grogi, tapi gue
memaksa diri gue untuk menatap mata dia saat gue ngomong, dan saat gue menatap
matanya gue ngerasa ada suatu yang berbeda, gue bisa melihat apa yang dia
rasakan, gue bisa melihat apa penyesalan dia, dan ketika gue tatap matanya
dalam-dalam, gue tahu benar gue makin sayang sama dia. Pembicaraan kali itu
diakhiri dengan kata “maaf” dari dia karena ternyata dia masih menyimpan
seseorang di dalam hatinya, dan gue hargai itu meskipun dengan berat hati gue
harus berkata “Ga apa-apa kok”. Hari itu gue baru menyadari ternyata archery ga segampang dan sekeren yang
gue bayangkan.
Jatuh cinta memang bisa membuat
orang melakukan apa saja untuk mendapatkan orang yang dia sayang, dan bahkan
sampai ada pepatah “Bila sudah jatuh cinta, tai kuda pun terasa coklat”. Bagi
orang yang jatuh cinta, banyak hal yang tidak masuk akal yang terjadi dalam
kehidupan, mungkin terdengar aneh tapi itulah yang terjadi dengan orang sedang
jatuh cinta, hanya dengan membayangkan wajahnya hati kita berdebar-debar, hanya
mendengar namanya saja hati kita uda berdebar-debar, dan yang paling kelihatan
ga masuk akal bahkan ketika kita melihat rumahnya pun kita bisa berdebar-debar,
but that’s happens. Banyak orang yang
bilang setelah kita ditolak oleh cewek yang kita taksir bahkan sampe dijauhin
rasanya seperti jatuh, ketimpa duren pula, bahkan sampe kena semprot sama yang
punya duren, tapi bagi gue itu ga berlaku. Entah kenapa semenjak hari itu,
meskipun gue sampai sekarang masih bisa mendengar dengan sangat jelas kata “maaf”
dari dia, hati gue sampai sekarang dari hari ke hari berdebar-debar semakin
kencang.
***
Bagi sebagian orang, terutama mahasiswa, hari senin tidak selalu menjadi suatu hal yang menyebalkan karena mungkin pada hari senin itulah saat mereka dapt beristirahat karena ga ada mata kuliah di hari senin atau mungkin pada hari senin mereka bertemu dengan meta kuliah yang mereka suka. Seperti yang gue bilang, ketika kita udah mencapai semester akhir kita udah ga lagi sering ketemu sama temen-temen kita, kita akan sibuk dengan kepentingan sendiri-sendiri yang berhubungan dengan kelulusan. Begitupun dengan gue dan dia, kita bakal jarang ketemu karena fasilitas yang namanya “mata kuliah” yang memaksa mempertemukan kita sudah sedikit. Semester ini mata kuliah yang wajib diambil jatuh pada Hari Senin , dan pada Hari Senin itu juga ada mata kuliah pilihan yang membuat gue sama dia duduk di kelas yang sama. Mungkin itu salah satu penyebabnya mengapa gue sangat menanti-nantikan hari Senin melebihi weekend. I love Monday because you there in that room, i love Monday because i can sit next to you, i love Monday because in that class i can look to your eyes and falling in love again with you.